W E L C O M E

Selamat datang di blog kami, semoga memberikan manfaat...dan dimohon memberikan komentar yang mendidik dan santun, thank's...

Senin, 19 Maret 2012

HUBUNGAN INTERNASIONAL SEBAGAI SUBJEK AKADEMIK




Inti tradisional HI adalah isu-isu yang berkenaan dengan perkembangan dan perubahan negara-negara berdaulat dalam konteks sistem negara atau masyarakat negara yang lebih luas. Sedangkan ada empat tradisi teoritis penting dalam HI; realisme, liberalisme, masyarakat internasional, dan EPI. Dalam bab HI sebagai subyek akademi ini akan mengkaji HI sebagai subyek akademik yang sedang berkembang. Hampir seluruh waktu selama abad keduapuluh terdapat cara berpikir yang dominan tentang HI dan tantangan besar terhadap cara berpikir tersebut. Perdebatan dan dialog tersebut merupakan subjek utama bab ini. Ada banyak teori yang berbeda-beda dalam HI.           
Tentunya pemikiran HI dipengaruhi oleh subjek-subjek akademik lainya, seperti filsafat, sejarah hukum, sosiologi, atau ekonomi. Pemikiran Hi juga menjawab perkembangan historis dan kontemporer dalam dunia nyata. Dua perang dunia, perang dingin, dan perkembangan yang berlarut-larut antara negara utara dan selatan adalah contoh-contoh masalah dan kejadian dunia nyata yang telah menggerakkan keilmuan HI di abad keduapuluh.
Ada tiga perdebatan besar sejak perkembangan HI menjadi subyek akademik di akhir perang dunia pertama, dan sekarang kita berada diawal tahap keempat. Keempat perdebatan tersebut adalah :
1.      Perdebatan antara liberalisme utopian dan realisme
2.      Pendekatan tradisional dan behaviourisme
3.      Neorealisme / Neoliberalisme dan Neomarxisme
4.      Perdebatan antara tradisi yang telah mapan dan alternatif-alternatif kaum pasca positivisme ( perdebatan sekarang ini ).
Liberalisme Utopian : Studi Awal HI
Para pemikir liberal memiliki gagasan bagaimana menghindari bencana besar di masa depan seperti yang telah terjadi pada saat itu yaitu perang dunia pertama; yaitu dengan mereformasi sistem internasional, dan juga mereformasi struktur-struktur domestik negara-negara otokratis. Idealisme Wilsonian dapat diyakini bahwa  untuk mengakhiri perang dan mencapai perdamaian yang permanen mungkin melalui organisasi internasional yang didesain secara rasional dan cerdas. Sementara argumen yang dibuat oleh liberal wilson bahwa organisasi internasional yang dibentuk dapat menjamin perdamaian permanen jelas-jelas mengingatkan pada pemikiran teoritis liberal klasik HI.
Norman Angel adalah tokoh kaum idealis yang menyatakan bahwa banyak warga negara masih yakin bahwa perang memberikan tujuan – tujuan yang menguntungkan, keberhasilan dalam peperangan merupakan keuntungan bagi para pemenang. Namun kenyataannya perang dan penggunaan kekuatan menjadi kurang penting, dan hingga akhirnya, modernisasi dan interpedensi menimbulkan suatu proses perubahan dan kemajuan yang mengubah perang dan penggunaan kekuatan semakin diabaikan.
Hingga selanjutnya titik tertinggi adalah pada Perjanjian Briand-Kellogg 1928, yang praktis merupakan kesepakatan internasional untuk menghapus perang dan hanya pada kasus-kasus ekstrim dalam mempertahankan diri maka perang dapat dibenarkan. Dengan demikian pemikiran-pemikiran seperti itu disebut dengan “Liberalisme Utopian”, yang menunjukkan bahwa argument-argumen liberal ini tidak lebih dari proyeksi omong belaka. Demokrasi liberal mendapat pukulan keras dengan bermunculannya kaum fasis dan kediktatoran Nazi di Italia, Jerman dan Spanyol. Otoriterisme juga berkembang dibanyak Negara eropa tengah dan timur. Semua itu muncul akibat dari perang dunia pertama dan konferensi perdamaian paris dan dianggap sebagai Negara-negara demokrasi.itulah mengapa sebabnya usaha Wilson tersebut gagal diwujudkan.  
Liga bangsa-bangsa yang diharapkan mampu menciptakan perdamaiain didunia ternyata sama sekali tak mempunyai pengaruh apapun terhadap dunia, malah hal itu diperparah dengan Negara-negara yang memprakarsai berdirinya LBB seakan-akan mengingkari niat awal berdirinya lembaga dunia tersebut. Hal itulah yang menambah kekecewaan Wilson terhadap harapan-harapannya. Tahapan sejarah disiapkan bagi pemahaman hubungsn internasional yang kurang memenuhi harapan dan lebih pesimistis.
Realisme dan Krisis 20 tahun
            Sifat manusia merupakan dasar hubungan internasional. Manusia mementingkan diri sendiri dan mengejar kekuasaan, dan itu dapat dengan mudah mengakibatkan agresi. Mengapa hubungan internasional harus egoistik dan agresif? Einstein dalam bukunya yang berjudul Freud mengatakan bahwa “pasti ada nafsu manusia untuk membenci dan menghancurkan. Sifat manusia jelas buruk, itu merupakan titik awal bagi analisis kaum realis.
            Realisme klasik Carr dan Morgenthau menggabungkan pandangan pesimis sifat manusia dengan suatu anggapan politik kekuasaan di antara negara-negara yang hidup dalam anarki internasional. Bagi kaum realis klasik, negara-negara merdeka dalam sistem internasional yang anarki adalah bentuk permanen hubungan internasional. Banyak kaum liberal mengakui bahwa realisme adalah petunjuk yang lebih baik bagi HI di tahun 1930an dan 1940an. Kaum liberal menolak pemikiran kaum realis yang sangat pesimis bahwa manusia “benar-benar buruk”(Wright 1991:25)
Aliran Behavioralisme dalam HI
Aliran behavioralisme, tidak menyediakan tempat bagi moralitas atau etika dalam studi HI, sebab hal itu melibatkan nilai- nilai, dan nilai- nilai tidak dapat dipelajari secara objektif, yakni secara ilmiah. Oleh karena itu, behavioralisme mengangkat suatu pertanyaan mendasar yang terus didiskusikan hingga sekarang: dapat kita memformulasi hukum ilmiah tentang hubungan internasional.
Kaum anti behavioralisme menegaskan bahwa para teoritisi masalah-masalah manusia adalah seorang manusia yang tidak akan pernah dapat memisahkan dirinya seutuhnya dari hubungan manusia: dia selalu di dalam subjek (Hollis dan Smith 1990; Jackson 1996b). Tetapi behavioralisme melakukan sesuatu yang lebih abadi dampaknya hal dalam HI. Hal itu sebagian besar disebabkan oleh displin tersebut setelah perang dunia kedua oleh para penstudi dari Amerika Serikat yang mayoritas terbesar mendukung kuantitatif, ambisi ilmiah behavioralisme. Mereka juga memimpin arah dalam menentukan agenda penelitian yang difokuskan pada peran dua negara superpower, dalam sistem internasional. Hal itu membuka jalan bagi formulasi baru baik realisme maupun liberalisme yang sangat dipengaruhi oleh metodologi – metodologi kaum behavioralisme.
Neoliberalisme: Institusi-Institusi Dan Interdependensi
Sepanjang tahun 1950, 1960 dan 1970-an sejumlah besar hubungan internasional hirau dengan perdagangan dan investasi, perjalanan dan komunikasi, dan isu-isu serupa dalam hubungan negara demokrasi liberal. Hubungan itu menyediakan dasar kepada kaum liberal sebagai upaya baru memformulasikan alternatif pemikiran kaum realis yang akan menghindarkan ekses-ekses utopia dari liberalisme terdahulu. Kaum realis kemudian menggunakan nama Neoliberalisme bagi pendekatan liberal yang telah diperbarui tersebut. Kaum neoliberal menerima dan menggunakan ide-ide kaum liberal lama tentang kemungkinan kemajuan dan perubahan, tetapi kaum neoliberalisme menolak idealisme. Mereka berusaha membuat teori dan metode baru yang ilmiah.
Pada tahun 1950, proses integrasi regional sedang berjalan di Eropa Barat yang memikat perhatian kaum neoliberal. Dengan integrasi mereka mengacu pada hubungan internasional. Teori integrasi terdahulu mempelajari bagaimana aktifitas fungsional batas tertentu ( perdagangan, investasi, dan lain-lain) menawarkan kerjasama jangka panjang yang saling menguntungkan. Hal tersebut memberikan dasar bagi Liberalisme sosiologis, yang merupakan aliran neoliberal yang menekankan dampak dari perluasan aktifitas lintas batas ini. Di tahun1950-an Karl deutsch dan rekannya berpendapat bahwa aktifitas-aktifitas yang saling terkait mrmbentuk nilai dan identitas bersama diantara masyarakat di negara yang berbeda dan membuka jalan bagi hubungan kooperatif, yang damai, yang membuat perang semakin mahal dan akhirnya tidak mungkin terjadi.
Versi penting perdamaian demokrasi diajukan oleh Michael Doyle menyatakan bahwa demokratis didasarkan oleh tiga pilar:
1.      Penyelesaian konflik secara damai antar negara-negara demokratis.
2.      Nilai-nilai bersama di antara negara-negara demokratis merupakan suatu fondasi moral bersama.
3.      Kerjasama ekonomi antara negara-negara demokrasi.
Neoliberalisme : Bopolaritas dan Konfrontasi
            Dalam buku Theory of International politics (1979) yang di tulis oleh Kenneth Waltz, yang mengajukan suatu teori kaum realisnyang sangat berbeda yang di ilhami oleh ambisi ilmiah behavioralisme teori ini di anggap sebagai “neorialisme”. Waltz mencatat bahwa sistem internasional adalah anarki atau tidak ada pemerintahan dunia hal ini di lakukan pada sistem yang pertama sedangkan pada sistem yang kedua, sistem internasional terdiri dari serupa unit : setiap negara, besar atau kecil harus menjalankan serangkaian fungsi pemerintahan yang serupa seperti pertahanan nasional, pengumpulan pajak, dan peraturan ekonomi.
            Sistem internasional yang muncul setelah Perang Dunia Kedua di dominasi oleh dua superpower Amerika Serikat dan Uni Soviet yaitu sistem bopolar. Kehancuran Uni Soviet mengakibatkan suatu sistem yang berbeda dengan beberapa negara berkekuatan besar tetapi dengan Amerika serikat sebagai kekuatan yang paling dominan dalam sistem tersebut: yaitu bergerak menuju sistem multi polar, pada tahun 1993 Waltz pernah mengemukakan “teori perimbangan kekuatan menyababkan seseorang memprediksi bahwa negara lain akan mencoba menggiring kekuatan Amerika menjadi seimbang”.
            Bagi Waltz negara-negara adalah pencari kekuasaan dan sadar keamanan bukan di sebabkan oleh sifat manusia tetapi lebih disebabkan karena struktur sistem internasional mendorong mereka melakukan demikian.    
Masyarakat internasional: aliran inggris
Teoritisi masyarakat internasional menegaskan kaum realis benar dalam menilai pentingnya kekuatan dan kepentingan nasional. Tapi jika di tarik ke kesimpulan logisnya, negara-negara akan selalu di penuhi dengan permainan keras dari power pilitics, dalam anarki tidak akan ada saling percaya. Di sisi lain jika di tarik ke arah yang ekstrim, ini berarti semua hubungan antara negara-negara diatur oleh aturan bersama dalam dunia sempurna yang saling menghargai dan berdasarkan hukum. Pandangan tersebut menyesatkan, tentu saja ada aturan dan norma bersama yang negara-negara diharapkan menghargainya sepanjang masa. Tapi aturan ini tidak menjamin harmoni dan kerjasama internasional. Kekuatan dan perimbangan kekuatan masih sangat penting dalam masyarakat anarkis.
Teoritisi masyarakat internasional tidak berupaya membuat dan menguji hipotesa dengan tujuan membangun hukum-hukum HI yang ilmiah. Mereka tidak menjelaskan HI secara ilmiah, melainkan mencoba memahami dan menginterpretasikannya. Jadi, Teoritisi masyarakat internasional mengambil pendekatan filsafat, hukum dan sejarah yang lebih luas bagi hubungan internasional. HI adalah tentang melihat dan mengeksplorasi keberadaan semua elemen yang kompleks dan masalah-masalah normatif yang mereka munculkan pada para pemimpin negara.
Kesimpulannya, Masyarakat internasional merupakan suatu pendekatan yang menceritakan kita sesuatu mengenai dunia negara-negara berdaulat dimana baik kekuatan maupun hukum keduanya hadir. Elemen-elemen penting dalam masyarakat internasional :
Ekonomi Politik Internasional (EPI)
             EPI pada dasarnya membahas tentang siapa mendapatkan apa dalam sistem ekonomi dan politik internasional. Perdebatan ketiga mengambil bentuk kritik kaum Neo- Marxis terhadap perekonomian dunia kapitalis bersama dengan jawaban kaum EPI liberal dan kaum EPI realis berkenaan dengan hubungan anatara ekonomi dan politik dalam hubungan internasional.
            Neo-Marxis merupakan suatu upaya untuk menganalisis situasi Dunia ketiga dengan memakai alat-alat analisis yang pertam kali dikembangkan Karl Marx. Neo-Marxis memperluas analisis tersebut ke Dunia Ketiga dengan berpendapat bahwa perekonomian kapitalis global yang dikendalikan oleh negara kapitalis kapitalis kaya dipergunakan untuk memiskinkan negara- negara miskin.
Aliran penentang : pendekatan alternatif pada HI
Selalu saja ada “aliran-aliran penentang” dalam disiplin hubungan internasional : para filosofis dan penstudi yang menolak pandangan-pandangan yang mapan dan mencoba menggantikannya dengan alternatif-alternatif. Semakin meningkat jumlah penstudi HI yang menunjukkan ketidakpuasan dengan pendekatan perang dingin yang dominan dalam HI : neoralisme Kenneth Waltz. Banyak penstudi HI sekarang mengambil isu yang dinyatakan waltz bahwa dunia hubungan internasional yang kompleks dapat ditekan ke dalam sejumlah pernyataan sejumlah pernyataan serupa hukum (law-like) tentang struktur sistem internasional dan perimbangan kekuatan. Dengan demikian, mereka memperkuat kritik kaum anti behavioralis yang pertama kali ditempatkan teoritis masyarakat internasional seperti Hadley Bull (1969).
Isu dan metodologi baru yang dikemukakan disini memiliki persamaan : mereka menyadari bahwa tradisi yang mapan dalam HI gagal menguasai perubahan polotok dunia pasca Perang Dingin. Pendekatan baru ini seharusnya dilihat sebagai “aliran-aliran baru” yang mencoba menunjukkan arah disiplin akademis HI yang lebih sesuai dengan hubungan internasional pada permulaan milenium baru. Singkatnya banyak penstudi berpandapat bahwa perdebatan HI keempat telah terbuka lebar di tahun 1990-an diantara tradisi-tradisi yang telah mapan disatu sisi dengan aliran-aliran baru ini di sisi lain. 
Teori yang mana ?
Disebabkan teori tidak pernah dapat dihindari dalam pemikiran tentang dunia, maka lebih baik mengeluarkan teori-teori yang sangat penting dalam keterbukaan dan kemudian menempatkan mereka dalam penelitian lebih jauh. Mungkin teori-teori tersebut yang paling menarik bagi kita semua adalah seperti permainan yang paling kita nikmati untuk dilihat atau dimainkan.
Apa yang akan menjadi kriteria untuk mengetahui yang terbaik? Kita mungkin memikirkan beberapa kriteria yang relevan, diantaranya :
·         Koherensi
·         Kejelasan eksposisi
·         Tidak jelas
·         Ruang lingkup
·         Mendalam
Kesimpulan
Teori-teori tradisional yang terdahulu dan teori-teori alternatif merupakan alternatif alat-alat analitis dan hirauan-hirauan penting Hi kontemporer. Kali telah melihat bagaimana subjek-subjek tersebut berkembang melalui serangkaian perdebatan antara berbagai pendekatan teoritis yang berbeda. Kami melihat bahwa perdebatan=perdebatan ini tidak dijalankan dalam isolasi yang menyenangkan dari segalanya: mereka dibentuk dan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa bersejarah, oleh kareena itu masalah-masalah besar ekonomi dan politik pada saat ini. Mereka juga dipengaruhi oleh perkembangan metadologis dalam bidang-bidang keilmuan lain.
Tak satupun pendekatan teoritis yang benar-benar menang dalam HI saat ini. Tradisi teoritis utama dan pendekatan-pendekatan alternatif yang telah kami uraikan semuanya dijalankan secara aktif dalam disiplin tersebut sekarang. Situasi itu mencerminkan perlunya pendekatan-pendekatan yang berbeda untuk menangkap aspek-aspek yang berbeda dari kenyataan kontemporer dan sejarah yang sangat rumit. politik dunia tidak didominasi oleh satu isu atau konflik tunggal; sebaliknya, ia dibentuk dan dipengaruhi oleh banyak isu dan konflik yang berbeda. Situasi kaum pluralis dalam keilmuan Hi juga mencerminkan pilihan-pilihan pribadi dari para penstudi yang berbeda : mereka memilih teori-teori khusus dengan alasan yang mungkin sama banyaknya dengan nilai-nilai pribadi dan pandangan dunia yang dimiliki seperti halnya dengan apa yang terjadi dalam hubungan internasional dan apa yang dibutuhkan untuk memahami peristiwa-peristiwa dan episode-episode tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar